Selasa, 31 Agustus 2010

cinta LeeLea

Sudah tiga tahun Azalea dan Sativa bersahabat. Mereka tinggal di sebuah desa yang bernama Hanyang di daerah Korea. Mereka berdua sama-sama pindahan dari negara lain. Azalea yang pindah dari Indonesia dan Sativa yang berasal dari Amerika. Walau mereka pindahan dari negara lain, tapi mereka dan keluarganya tetap lancar berbahasa Korea. Di Hanyang ada seorang pemuda asli Korea yang bernama Lee Han. Mereka bertiga sekolah di sebuah SMA yang sama di Hanyang. Azalea dan Sativa sudah berteman agak baik dengan Lee Han dua tahun. Lee han mempunyai tetangga yang bernama Kim naem. Tampa sepengetahuan Lea ternyata kim memendam perasaan padanya. Mereka pun akhirnya terlibat cinta yang sulit.
Suatu hari Azalea, Sativa, dan Lee Han berencana akan bermain di sebuah pusat pembelajaan di Hanyang. Ternyata Lee Han berencana akan menyatakan perasaanya pada Azalea. Lee Han sudah jatuh cinta pada Azalea sejak pertama kali dia bertemu Azalea di sekolah waktu kelas 2, ketika Lea baru kelas 1. Dia pun membuat sebuah kejutan di sebuah kafe yang bernama “kafe saranghae”.
Ketika mereka sudah sampai di pusat pembelajaan yang bernama HANYANG SQUARE tersebut, Lee Han yang memang memiliki tujuan tersendiri ke hanyang square langsung menyuruh Sativa untuk membelikan mereka sesuatu di lantai 3. Lee Han,’”Sativa tolong belikan makanan untuk kita bertiga ya.. aku dan Azalea akan membeli minuman untuk kita. Nanti kita bertemu lagi di kafe saranghae ok.. “. Sativa yang merasa mereka curang pun langsung berkomentar tajam. Sativa, “mengapa harus aku yang membel?, kan bisa Azalea. Aku tidak mau membelinya jika tidak di temani olehmu oppa..”. Lee Han,”apa maksudmu? Aku kan juga punya tugas membeli minuman bersama Lea. Sudahlah Iva.. kita kan sudah mempunyai tgas masing-masing”. Dengan rasa kesal dan cemburu Sativa pun pergi. Sativa,”hmm.. aku tahu kamu sebenarnya ingin berduaan dengan Lea kan.. tapi kenepa? Apa yang bagus darinya? Dia hanya orang Indonesia yang biasa saja. Harusnya kan dia menyukai aku yang orang Amerika, juga yang lebih segalanya dari gadis hitam itu”. Sebenarnya Azalea tidak hitam, kulitnya sangat bersih walaupun tidak terlalu putih.
Lea dan Lee pun sudah sampai di kafe saranghae. Lee langsung membuat kaget Lea dengan kejutan yang dia susun untuk menyatakan cintanya pada Lea. Lea yang memang mencintai Lee pun merasa sangat senang. Dengan cepat Lea pun langsung mengangguk ke arah Lee. Tapi, tampa mereka sadari Iva yang dari tadi sudah sampai dari membeli makanan ringan di lantai 3 pun menamgis di pintu masuk kafe. Dia tidak pernah menyangka bahwa akhirnya Lee akan mengatakan perasaanya pada Lea. Walau Lee sering bercerita bahwa ia menyukai Lea, tapi Lee tidak pernah mengatakan akan menyatakan perasaanya pada Lea. Iva langsung berlari pulang sambil menangis.
Sesampainya di rumah Iva langsung menelfon Lea dan berkata ia pulang duluan. Iva,”lea.. va pulang duluan ya.. va lupa ada yang harus va kerjakan”. Lea,”mengapa kau pulang begitu saja? Sekarang kau dimana? Apa benar tidak terjadi apapun”. Iva,”aku di rumah… emm.. tidak terjadi apapun, aku hanya tiba-tiba ingat ada yang harus ku kerjakan. Mianhe…”.
Ke esokan harinya Lea pergi ke rumah Iva untuk berangkat sekolah bersama. Tapi, Iva sudah berangkat duluan. Lea yang merasa bingung pun langsung menyusul ke sekolah mereka. Di sekolah Lea mencari-cari Iva kemana-mana. Ketika Lea bertemu dan bertanya kenapa Iva meninggalkanya ke sekolah, Iva hanya menggeleng dan berkata ”aku hanya ingin berangkat sendiri, aku sedang tidak ingin di ganggu. Mianhe…“. Lea,”tapi kau tidak apa-apa kan? Kau tidak marah padaku kan? Aku merasa kau marah padaku”. Iva,”sudahlah tidak apa-apa. Guenchanayo…”. Lalu Iva pun pergi tampa mengucapkan selamat tinggal pada Lea. Lea jadi semakin yakin bahwa Iva marah padanya.
Hari-hari berlalu tapi Iva tetap acuh pada Lea. Lea pun merasa tidak enak dengan sikap Iva. Lea memutuskan untuk mencari tahu apa yang menyebabkan Iva marah padanya.
Pada waktu istirahat sekolah, Lea dan Lee makan bersama di kantin. Lea pun bertanya pada Lee apakah dia mengetahui sesuatu. Lea,”oppa… iva sepertinya marah padaku semenjak kita berpacaran waktu di hanyang square. Aku merasa tidak enak dengan sikapnya. Apa kau tahu kenapa dia seperti itu?”. Lee,”tidak aku tidak tahu kenepa dia seperti itu. Dia tidak cerita padaku. Dia juga menghiraukanku berhari-hari ini. Sangat aneh…”. Lea,”huh… aku sangat bingung kenapa dia begitu padaku. Aku tahu dia pasti marah padaku. Ini membuatku gila, dia adalah satu-satunya sahabat terbaiku di hanyang. Aku jadi merasa sedih”. Lee,”sudahlah tidak usah kau pikirkan, nanti aku akan bertanya padanya”. Lea,”iya.. gomayo.. nha saranghanta oppa”.
Sepulang sekolah, Lee langsung pergi ke rumah Iva. Sesampainya disana Lee langsung menenyakan hal itu pada Iva. Lee,”va.. kamu ini kenapa? Kamu menghiraukan kami,whe? Aku dan Lea merasa kamu menjauh dari kami”. Iva langsung kembali masuk ke rumah. Lee pun langsung memegang tangan Iva, dan itu pun membuat Iva mengeluarkan air mata. Iva”nha saranghaeyo.wheyo? nha.. tidak suka kau berpacaran dengan Lea. Aku tidak suka kau mencintai Lea. Whe? Apa aku tidak boleh mendapatkan cintamu? Apa aku tidak boleh marah jika orang yang ku cintai mencintai orang lain? Saranghae.. saranghanta.. lee”tapi kenapa? Bukankah kau sudah tahu aku mencintainya selama ini. Kenapa kau baru mengatakan padaku sekarang? Jika kau mengatakan ini dari dulu mungkin aku tidak akan pernah berani mengatakanya pada Lea. Karena aku tidak mau menyakiti perasaan siapa pun. Mianhe.. tapi sekarang sudah terlambat. Cintaku sudah semakin kuat padanya. Walau mulutku terus berkata agar memutuskan hubungan denganya agar kita tidak ada yang tersakiti, tapi hatiku berkata jangan menyakiti hatinya dan hatiku sendiri. Mianhe.. aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Tapi aku tidak bisa menyakitinya”,
Lee pun langsung pergi pulang. Iva,”oppa aku mohon janngan seperti ini padaku. Aku sangat mencintaimu.. aku bisa gila jika kau melakukan ini padaku, jangan hanya memikirkan perasaanya.. pikirkan perasaanku juga aku mohon..”. lee,”mianhe.. mianheyo.. aku tidak ingin menyakitinya, aku akan gila bila menyakitinya.. mianhamnida”. Dia pun pergi dengan mata berkaca-kaca.
Keesokan harinya suasana antara mereka bertiga jadi semakin canggung. Lee tidak memberi tahu Lea tentang kejadian kemarin, jadi Lea mencari tahu dengan bertanya pada Iva. Dia pun pergi menemui Iva yang sedang duduk sendirian di kantin. Lea,”va.. kamu tuh kenepa si?? Pertama kamu nyuekin aku sama Lee. Setelah Lee datang ke rumah kamu malah masalah ini kelihatan semakin ruwet di mata aku. Sebenarnya ada apa?”. Tapi Iva tidak menjawab satu kata pun. Lea yang sedang berpikir mengenai masalah ini pun langsung memperlihatkan muka yang kaget. Lea,”jadi semua ini gara-gara itu.. apa benar kamu menyukai oppa? Apa kamu benar-benar menyukainya sehingga kamu seperti ini ketika aku menjadi pacarnya?”. Tapi Iva tidak menjawabnya dan langsung pergi. Dengan sikap Iva yang seperti itu Lea pun jadi semakin yakin bahwa ini benar-benar cinta.
Karena merasa marah, Iva mencoba melakukan hal yang gila. Dia memutuskan akan bunuh diri. Dia akan melakukan di rumahnya ketika secara kebetulan Lee juga menuju ke rumahnya. Lee pun langsung menghentikan Iva. Dia memohon pada Iva untuk tidak melakukan hal itu. Tapi Iva malah berontak akan benar-benar melakukannya. Lee pun mencoba menghentikan Iva dengan memeluk kakinya dan memohon untuk tidak melakukannya. Iva,”baik aku tidak akan pernah bunuh diri. Tapi aku mohon jadilah pacarku. Putuskanlah hubunganmu dengan Lea”. Lee,”a..ku.. ti.. dak bisa melakukan itu. Aku tidak bisa menyakiti hatinya. Aku tidak bisa membuatnya menangi.. aku sudah menganggap air matanya adalah jantungku”. Iva,”baik jika kau memang tidak ingin melihatnya menangis kita pergi dari sini, kita pergi ke luar negeri. Kita tinggalkan tempat ini”. Lee,”aku.. tidak bisa.. mianhe..”. mendengar jawaban itu pun Iva langsung melompat dan akhirnya dia tercekik tali. Untung Lee langsng menggendonya dan mengangkatnya. Lee,”kau gila”. Iva,”ya aku gila. Aku gila karena kau”. Lee,”baik.. ayo kita pergi ke tempat yang kau inginkan. Aku akan mengikuti kemana pun kau pergi asal kau tidak akan melakukan hal seperti ini lagi”. Iva,”baiklah kita pergi lusa”. Lee hanya mengangguk.
Iva pun mengirim sebuah surat sehari sebelum kepergiannya untuk Lea.
“ lea.. aku sangat menyayangimu seperti saudaraku sendiri. Aku juga sangat ingin mengucapkan terima kasih padamu atas semuanya. Besok aku akan pergi dari korea. Tapi, aku akan membawa satu hal milikmu. Yaitu Lee han oppa. Aku mohon.. aku akan memberi apapun untukmu. Tapi aku juga minta satu hal darimu -Sativa-“
Ketika membacanya malam hari, besok paginya Lea pun pergi ke bandara dengan kim naem. Ketika sampai di bandara, mereka berdua berlari mencari Lee dan Iva. Mereka pun akhirnya bertemu. Kim,”hyung… kenapa kau pergi begitu saja?”. Lee langsung menghampiri Kim. Ternyata Lee sudah tahu bahwa Kim itu menyukai Lea. Lee,”tolong jaga dia untuku.. lakukan apa yang ingin kau lakukan sesukamu”. Kim,”tentu saja. Kau pergi atau tidak pun aku pasti akan memakaikan cincin ini di jarinya”. Lalu Lee pun menghampiri Lea yang ada di belakang Kim. Dia memengang tangan Lea tampa bicara apapun, tapi dengan tatapan yang sepertinya ingin mengatakan maaf. Setelah itu pun dia pergi. Tapi seakan tidak merelakan Lee pergi. Lea lari dan memeluk Lee. Lea,”aku bisa terima apapun yang kau ingin lakukan oppa, tapi saranghaeyo.. saranghaeyo.. oppa. Kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi. Karena aku juga akan pergi ke suatu tempat besok. Jadi aku ingin mengatakan saranghaeyo.. dan selamat tinggal..”. lea pun menarik Kim pergi dan langsung pergi. Lee yang menahan tangisnya pun berkaca-kaca. Lalu, dia pergi.
Di mobil Lea menangis kencang. Dia juga memohon pada Kim agar Kim mau menemaninya pergi ke Indonesia. Tapi, Kim pun agak ragu. Lea pun tidak memaksa.. jika memang Kim tak ikut pun Lea akan tetap pergi. Ke esokan harinya Lea pun berangkat ke bandara. Ternyata Kim sudah ada di bandara dengan sebuah koper di sampingnya. Lea,”kau jadi ikut? Baiklah ayo kita berangkat”. Kim,”tapi ingat ya. Belikan aku kamus B.Indonesia” katanya sambil bercanda.
Sudah setahun mereka meninggalkan Korea. Di Indonesia Lea dan Kim tinggal bersama nenek Lea. Mereka tak pernah pacaran seharipun. Walau Kim sering menyatakan cintanya pada Lea, tapi tak pernah Lea terima. Kim sudah pintar berbahasa Indonesia. Mereka berdua sekolah di Universitas Indonesia. Pada waktu yang sama, di bandara ada seorang lelaki tampan sedang membawa kopernya. Ternyata itu Lee. Lee,”sudah lama aku meninggalkan tempat ini, masih sama.. huh.. bagaimana ya kabar gadis itu?”. Lee pulang ke rumahnya dan langsung menuju ke rumah di sebelahnya. Lee,”Kim.. hyung sdah pulang.. kim..”. ibunya Kim pun senang bertemu dengan Lee. Tapi, dia pun binggung mau bilang apa soal Kim. Karena Kim telah berkata jangan beri tahu siapa pun dia pergi kemana. Ibu Kim,”maaf Lee, tapi Kim tidak ada. Dia kan juga pergi sehari setelah kau pergi untuk melanjutkan sekolah”. Lee,”kemana?”. Ibu Kim,”aku tidak boleh memberi tahu itu pada siapa pun. Tapi, Lee kemana pacarmu Iva itu?”. Lee,”dia sudah meninggal. Dia sakit dan langsung meninggal. Jadi aku pulang.. tapi, kenapa aku tidak boleh tahu?”. Ibu Kim,”aku juga tidak tahu”. Dia langsung masuk ke rumah. Lee merasa aneh, dia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Lea. Tapi ibu Lea malah mengusirnya dan berkata,”kau bajingan setelah menyakiti anaku kau berani ingin menemuinya? Lea tidak ada, sampai kapanpun kau mencarinya, Lea tidak akan pernah ku izinkan bertemu dengan orang seperti dirimu”. Kata ibu Lea yang langsung membanting pintu. Lee pun langsung pergi.
Setelah sampai di rumah Lee mulai berpikir keras. “kemana mereka berdua?”. Lee langsung teringat kata-kata Lea waktu dia akan pergi. “apa jangan-jangan yang di katakan itu benar? Apa dia benar-benar pergi?”. Dia pun kembali menghampiri ibu Kim. Lee,”bibi.. aku ingin bicara.. dimana kim tinggal sekarang. Aku ingin tahu alamatnya. Tolong berikan padaku. Aku membutuhkannya bi.. aku ingin bertemu dengannya. Kumohon..”. tapi ibu Kim tidak berkata apa pun. Lee,”aku akan menunggu disini sampai kau mengatakannya..”.
Karena sampai tiga hari berturut-turut Lee tidak menyerah, ibu Kim pun menjadi tidak tega. “mukanya pucat, dia juga tidak mau makan. Otokhae.. otokhae..”. akhirnya dia memberikan alamat tempat Lea berada. Ibu Kim,”kenapa kau begitu keras kepala? Jangan pernah bilang kamu tahu ini dari ibu ya.. oh iya ibu ingin satu hal darimu. Aku tahu kau itu bekas pacarnya Lea. Tapi kumohon jangan merebutnya dari Kim. Karena dia sangat mencintai Lea. Dia pergi pun karena Lea yang mengajaknya. Walau aku melarangnya, tapi dia sampai berlutut ingin menemani Lea pulang dan menetap disana sambil kuliah. Jadi kumohon..”. Lee hanya mengangguk dan langsung pergi. Dia merasa terpukul dengan apa yang dikatakan ibu kim padanya. Dia pun jadi ragu untuk pergi menyusul mereka berdua.
Semalaman Lee berpikir tampa tidur. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi dan mengatakan perasaanya pada Lea yang ingin sekali dia sampaikan waktu dia ke amerika. Lee pun berangkat ke Indonesia. Setelah sampai di bandara soekarno hatta, lee pun jadi bingung dia harus berbicara bahasa apa? Karena dia tidak bisa bahasa indonesia. Akhirnya dia coba bicara b.inggris. dia berjalan mencari taxi. Ketika naik taxi dia tidak berbicara apapun dia hanya memberikan kertas yang diberikan ibu kim. Untunglah supir taxi itu mengerti dan langsung mengantarkan Lee pergi ke tempat yang tertera di kertas.
Setelah sampai supir itu pun menyuruh Lee turun. Lalu Lee pun memberikan uang 100rb pada supir itu. Supir itu menerima dengan sangat ramah. Lee langsung memencet bel yang ada di rumah itu. Lee,”god evening.. hello.. god evening..”. ternyata Lea yang membukakan gerbang karena di rumah hanya ada Lea dan Kim. Ketika dia mebuka pintu gerbang, dia langsung terperanjat kaget. Lea,”ah.. o..o..oppa.. kamu oppa Lee kan? Sedang pa kamu .. disini?”. Lee,”aku kesini ingin mengatakan sesuatu padamu. Mianhe..”. tapi lea langsung menutup kembali gerbang dan berbicara sambil agak berteriak. Lea,”aku tidak peduli lagi. Aku juga sudah bosan menjadi wanita yang selalu menerima apapun yang sudah takdirku. Jadi aku akan jadi wanita yang tangguh sejak kau mulai pergi. Dan saat itu juga aku sudah memutuskan untuk melupakan kehidupan dan kenanganku di korea. Yang tidak kulupakan hanya Kim naem”.katanya sambil menangis. Kim yang mendengar Lea menggunakan lagi bahasa korea punn merasa aneh. Padahal dia mengatakan semenjak aku lancar berbahasa Indonesia, kita tidak boleh lagi menggunakan bahasa korea. Jadi, dia memutuskan untuk keluar melihat apa yang terjadi disana.
Dia juga langsung terperanjat kaget dengan apa yang dia lihat. Kim,”hyung…? Sedang apa kamu disini?”. Lea,”aku tidak peduli lagi.. pergi dari sini.. pergi..”. kim,”ayo kita pergi dulu dari sini” ajak kim pada Lee. Mereka berdua pun akhirnya pergi ke sebuah kafe dekat rumah Lea. Kim,”ada perlu apa kaka kesini? Setelah meninggalkanya. Jangan ganggu dia aku mohon..”. Lee,”aku ingin bicara denganya sekali saja. Aku ingin bilang perasaanku padanya yang belum sempat aku katakan padanya waktu itu”. Kim,”tapi kenapa? Kan kau sudah punya sativa. Jangan pernah mendekatinya.. aku sudah bilang walau ada apa enggaknyakamu di sampingnya aku akan tetap memasangkan cincin ini di jarinya”. Lee,”aku tidak peduli iitu aku hanya ingin mengatakan perasaanku padanya. Kau tidak usah mencampuri urusanku. Mian.. tapi, nhan sarang Lea..”. kim tidak menjawab apapun. Dia hanya mendengus dan menggelengkan kepalanya.
Lee pun kembali ke rumah Lea. Lea yang masih kaget dan heran sedang duduk di samping gerbang. Dia hanya melamun memikirkan Lee waktu dia pergi meninggalkannya tampa mengatakan apapun padanya. Rasa bencinya pun semakin dalam pada Lee. Lee,”aku tidak peduli apa yang kau katakan padaku. Tapi aku kesini hanya ingin mengatakan bahwa sebenarnya aku sangat mencintaimu. Walau waktu itu aku tidak mengatakan apapun tapi dalam hatiku aku mengatakanya. Apa kau tidak mendengarnya?”. Tapi lea tidak menjawab. Lee,”aku Cuma ingin mengatakan itu. Jika memang kamu tetap tidak mau menerimaku, aku akan pergi. Selamat tinggal dan sampai jumpa”. Lea tetap tidak bergerak sedikit pun. Lalu kata-kata Lee selalu terngiang di telinganya. Dia pun tersadar dari lamunanya. Lea pun mencari-cari Lee, tapi dia sudah pergi.
Malam itu juga Lee pulang ke korea. Lea yang terus mencarinya memutuskan untuk ke bandara. Tapi sayang, Lee sudah check out. Lea langsung pulang dan bersiap-siap pergi ke korea pagi-pagi sekali. Kim hanya melihat dengan sedih dan langsung pergi.
Pagi harinya Lea pamit pada nenek, tapi dia benar-benar lupa pada kim. Lalu kim pun mengikutinya pergi ke bandara. Dia juga ikut ke korea, tapi tidak dudk berdampingan dengan Lea. Dia duduk jauh di belakang Lea. Tapi dia tetap memantau gerak-gerik Lea. Setelah sampai di bandara icheon, dia langsung menuju rumah Lee. Sesampainya di rumah, Lea langsung mengetuk pintu rumah Lee dengan kencang. Tapi ternyata Lee tidak ada di rumah. Ibu kim mengatakan bahwa Lee menyusul mereka ke Indonesia dan belum pulang. Lea merasa heran, mengapa Lee belum sampai juga, padahal dia dan aku kan duluan dia berangkatnya. Otokhaee?? Apa terjadi sesuatu pada dirinya?. Lalu Lea memutuskan untuk menunggu di rumah Lee sampai dia pulang ke rumahnya. Karena Lea perceya Lee pasti tidak apa-apa.
Kim tetap memperhatikan Lea dari jauh, tapi Lea tetap tidak memperhatikanya. Dia hanya terus bolak-balik karena cemas. Kim,”aku sangat sakit mengatakan ini, tapi mulai sekarang aku akan melepaskan gadis yang hanya mempunyai cinta terhadap Lee hyung. Aku akan membuat dia bahagia lewat Lee hyung”. Katanya pelan sambil dengan perasaan yang hancur.
Lalu ketika sudah sehari, Lee pun pulang ke rumahnya. Ternyata dia kemarin ke sekolah SMAnya dulu. Dia mengenang masa-masa bahagianya dengan Lea.
Lee,”le..lea? kenapa kamu ada disini?”. Lea langsung memeluk Lee tampa mengatakan apapun. Lee,”kenapa kamu ada disini?”. Lea,”saranhaeyo.. oppa..”. lee,”bukankah kamu bilang kamu sudah lupa padaku?” kata Lee sambil tersenyum. Lea hanya menggeleng kepala. Lee,”jangan seperti ini bagaimana dengan orang yang ada di luar itu?”. Lea langsung melepaskan pelukanya dan melihat keluar. Ternyata disana ada Kim yang sedang tersenyum padanya. Kim,”gwaenchana.. gwaenchanayo. Lakukan apapun yang ingin kau lakukan. Walau itu akan membuatku gila dan mati” katanya sambil tersenyum. Lea,”apa maksudmu? Kenapa kamu bicara seperti itu?. Awas saja jika kamu sampai bunuh diri ya..”. Kim,”bwo? Apa kamu sudah gila? Kamu pikir aku akan bunuh diri demi wanita jelek dan hitam sepertimu?”. Lea,”apa kamu bilang? Aigoo.. berani kamu bilang seperti itu padaku? Kamu tidak usah bunuh diri. Aku yang akan membunuh kamu sekarang juga” kata lea sambil berlari dan tertawa.
Ketika mereka sudah dekat, Lea langsung memeluk Kim. Lea,”gomawo.. gomaweyo.. Kim.. “. Lalu Lee menghampiri mereka berdua dam memeluk keduanya. Lee,”aku sangat menyayangi kalian berdua adik-adiku tercinta”. Lea,”apa? Adik? Jadi kau tidak mencintaiku dan hanya menganggapku adik? Baiklah aku tidak jadi membunuhmu Kim. Aku akan menikah saja denganmu..”. lee,”tidak boleh.. kau hanya untuku. Aku tidak terima jika sampai kau dimiki orang lain. Aku kan ingin jadi yang pertama.. heehe” katanya sambil menuju ke arah Lea. Kim,”hei… kamu ini bagaimana? Bukankah tadi sudah mau menikah denganku? Aku tidak akan pernah menerimanya” kata Kim sambil cemberut. Lea,”oh iya.. bagaimana jika aku menikahi keduanya saja. Bukankah itu adil untuk kita semua.. hehe”. Lee,”heh.. anak kecil sudah berani ya.. aku yang memutuskan disini.. arasho?”. Lea,”keude…”. Lalu mereka pun bahagia…
sebulan kemudian Lee dan Lea menikah. Kim membawa seorang gadis korea dari Seoul. Setelah berpacaran setahun mereka pun menikah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar